Isnin, 20 Februari 2023

 Intipati tentang keluarga



Dalam membina sesebuah institusi kekeluargaan yang baik dan menuju sempurna kita seharusnya mempunyai dua model.

Pertamanya contoh atau model yang dinyakini terbaik untuk diikuti dan diteladani, manakala sebuah lagi adalah model yang wajar dijadikan sempadan dan pengajaran.

Model keluarga yang baik semestinya yang mempunyai ciri-ciri tuntutan Islam yang sejati, iaitu yang meletakkan unsur takwa sebagai tunjangnya. 

 Manakala contoh keluarga yang wajar dielak adalah yang terdapat keburukan dan kecelaan yang semestinya dijauhi. 

Sebagai umat Islam, kita sepatutnya menjadikan al-Quran sebagai panduan, iaitu dengan menelusuri ayat-ayat al-Quran tentang bagaimana kehidupan berkeluarga para nabi dan golongan alim yang diceritakan. 

 





PROGRAM SIJIL FESYEN DAN PAKAIAN
 

KOD SUBJEK : MPU 13012



Nama Ahli :-
  1.  NUR SAADAH NAFISAH BINTI ABDUL MANAN(T31SFP22F009)
  2. NORAIN NADIRAH BINTI ZAINUDIM. ( T31SFP22F006 )
  3. NOR FARHANAH BINTI MAT NOR. (T31SFP22FO14 )
  4. AIDA ZULAIKA BINTI AZMAN. ( T31SFP22F015 )

Nama Pensyarah : PUAN DARMILA BINTI ALI












 Definisi Al - Quran




Bahasa:

Quran ialah kitab suci yang paling utama bagi umat Islam yang diimani sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril.


Istilah:


Manakala dari segi istilah pula, al-Quran ialah kalam Allah yang bermukjizat diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab, diriwayatkan secara mutawatir dan membaca setiap hurufnya adalah ibadah, bermula dari Surah Al-Fatihah dan berakhir dengan Surah An-Naas.

 Berikut isi kandungan Al Quran: 




1. Akidah dan Tauhid


Isi kandungan Al Quran pertama yakni tentang akidah. Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan.

Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefnisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. 

Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.

Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT dinamakan musyrik. 

Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. 

Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar.

Al Quran banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di dalamnya, di antaranya Surat Al Ikhlas 1-4:


قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)


Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)

 




#1 – Keluarga Nabi Nuh A.S 


Kisah kehidupan Nabi Nuh a.s adalah keimanannya terhadap Allah s.w.t tinggi, namun tidak bagi isteri dan anak-anaknya. Begitulah dikatakan iman tidak dapat diwarisi. 

Nabi Nuh a.s, Allah utuskan untuk menyeru kaumnya ke jalan Allah namun hampir semua daripada kaumnya tidak mahu mengikutinya bahkan mempermain-mainkan Baginda. 

Lebih-lebih Allah mengutuskan perintah bahawa Nabi Nuh membina sebuah bahtera besar di atas gunung yang tinggi. 

Hal itu semakin menjadi permainan kaumnya yang pelik dan hairan melihat sebuah bahtera besar dibina di atas gunung, tidak berdekatan lautan. 

Nabi Nuh mengkhabarkan kepada kaumnya bahawa akan terjadi sebuah banjir besar tidak lama lagi. Namun kaumnya masih ingkar termasuklah ahli keluarganya. Nabi Nuh terus ditertawakan.

Sewaktu Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, dengan melandakan sebuah banjir yang begitu dasyat dan hampir menenggelamkan wilayah, golongan ingkar masih mentertawakan Baginda dan enggan menaiki kapal yang dibina oleh Baginda. 

Nabi Nuh a.s bersama orang-orang yang taat menyelamatkan diri dengan menaiki kapal tersebut. 

Di saat hampir tenggelam pun isteri dan anak-anaknya masih ingkar dan tenggelam bersama kaumnya yang juga sama ingkar.


2. Ibadah 


Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah. Ibadah berasal dari kata 'abada-ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. 

Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. 

Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. 

Firman Allah SWT:


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56). 

Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Karena itu, manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah SWT, dan kebutuhan terhadap Allah WT. Hal itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. 

Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. 

Sedangkan ibadah ghairu mahdhah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT, misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan sebagainya.


 3. Akhlak


Isi kandungan Al Quran berikutnya memuat tentang akhlak. Ditinjau dari segi etimologi, Akhlak merupakan bentuk jamak dari

kata khuluq (yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya Nabi SAW adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.


إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق


Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad SAW adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al Quran merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian Nabi SAW. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak Nabi SAW, lalu Aisyah ra menjawab dengan menyatakan akhlan Nabi yakni Al Quran.


 كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ 


Akhlak Nabi SAW adalah Al Quran. Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al Quran. 

Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad SAW antara lain adalah :


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ


“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).


وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ


“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. al-Qalam [68]: 4).

4. Hukum


Isi kandungan Al Quran lainnya yakni tentang Hukum. Dalam Islam, hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran Al Quran berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. 

Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. 

Sebagai sumber hukum ajaran Islam, Al Quran banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat Al Qur an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ


“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. al-Maidah [5]: 90)


5. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu


Isi kandungan Al Quran berikutnya tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. 

Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.


لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ


“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).

Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain:


 وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا (37) وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (38) وَكُلا ضَرَبْنَا لَهُ الأمْثَالَ وَكُلا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا (39)


“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan [25]: 37-39)

  

#2 – Asiyah 

Asiyah adalah seorang isteri yang taat kepada agama namun beliau mempunyai suami yang ingkar pada Allah s.w.t, bahkan mengakui bahawa dirinya adalah ‘Tuhan’. 

Bukan itu sahaja, suaminya juga seorang yang zalim dan kejam. Beliau ialah Firaun iaitu pemerintah sebuah kerajaan besar ketika itu. 

Manakala Aiyah adalah seorang wanita yang solehah, lurus hatinya selain sangat taat pada Allah s.w.t Allah menguji beliau dengan suaminya tidak mahu mengikuti ajaran Allah s.w.t. 

Sungguhpun begitu Asiyah tetap menjaga keteguhan dan ketakwaannya pada Allah s.w.t sehingga akhir usianya.


#3 – Keluarga Ali Imran 

Ali Imran bukanlah seorang rasul mahupun nabi, beliau merupakan hamba Allah yang biasa. Tetapi Allah s.w.t memberi kemuliaan kepadanya dengan mengabadikan namanya dalam kitab al-Quran. 

Ali Imran adalah seorang lelaki yang sangat soleh, taat pada ajaran agama dan bertakwa pada Allah s.w.t. Begitu juga dengan isterinya yang solehah dan mempunyai keimanan yang tinggi sepertinya. 

Dari pasangan hebat inilah lahirnya seorang wanita solehah yang hebat kedudukanya di sisi Allah s.w.t, iaitu Maryam: ibu kepada Nabi Isa a.s.



#4 – Keluarga Muhammad S.A.W 

Rasulullah s.a.w, merupakan model keluarga yang terbaik sehingga akhir zaman. Sejak dari dilahirkan sehingga baginda wafat, keluarga Baginda mempunyai teladan yang baik untuk dicontohi dalam pelbagai aspek. 

Dari kecil lagi Baginda sudahpun digelar sebagai ‘al-Amin’ kerana kebaikan budi pekerti Baginda walau masih kanak-kanak ketika itu. 

Rasulullah s.a.w juga memberikan teladan dan mengajarkan pada umatnya dalam berhubungan dengan sesiapa jua, sama ada isteri, anak-anak, sahabat handai, jiran dan sebagainya. 

Sudah semestinya kehidupan Baginda layak ditelusuri sebagai teladan dalam mengharungi kehidupan berkeluarga kita. 

Empat model keluarga yang Allah s.w.t abadikan dalam al-quran yang tentu juga untuk pembelajaran bagi kita seharusnya diambil sebagai teladan dan sempadan. 

Setiap satunya mempunyai ujian yang berbeza, namun Allah tetap memberi kemuliaan kerana kesabaran dan keutuhan iman yang berjaya diharungi oleh mereka. 

Lantas kita wajib menjadikan model ini sebagai inspirasi bagi melahirkan generasi yang juga memiliki ketaatan dan ketakwaan pada Allah s.w.t seperti yang diceritakan di dalam al-Quran.


 Peranan Al - Quran dalam Hidup Berkeluarga






Al Quran adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandungi petunjuk menerangi jalan-jalan kehidupan dan membimbing seseorang insan kepada jalan yang lurus.  Seseorang muslim itu tidak dibiarkan hidup di dunia begitu sahaja melainkan Allah swt telah menyediakan panduan lengkap kepada setiap hal yang berkaitan dengan kehidupan dan ianya sesuai di sepanjang masa dan tempat. 

Al-Quran adalah wahyu dan mukjizat kepada Baginda Rasulullah SAW, ia juga merupakan kitab yang terakhir yang diturunkan ke dunia ini, manakala membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT.


Petunjuk pada manusia 

 

Tujuan utama Al-Quran diturunkan adalah sebagai petunjuk dan hidayah bagi seluruh umat manusia. Kita perlu selalu meneliti hubungan kita dengan Al-Quran. Apakah kita merujuk kepada Al-Quran dalam mencari panduan dan hidayah Allah mengharungi kehidupan kita. 

Hidayah merupakan bimbingan hati dari Allah swt dalam membuat sesuatu keputusan. Islam mengajar manusia untuk membuat keputusan yang betul dan mestilah keputusan itu adalah kerana mencari redha oleh Allah swt. Justeru jika berpegang kepada Al-Quran ia akan membawa kepada hidayah petunjuk jalan yang benar dalam apa jua perkara dalam kehidupan. 

Dalam konteks rumahtangga contohnya, urusan mencari pasangan tentunya memerlukan kriteria tertentu calon yang bagaimana yang perlu dicari, seterusnya dalam urusan pergaulan keluarga; bagaimana cara hidup dengan baik antara suami isteri, ibu bapa dan anak, begitu juga dalam urusan ekonomi pula bagaimanakah jual beli yang diterima dan diberkati,  mengelakkan riba dan makan harta dengan cara batil, semuanya ada panduannya di dalam Al-Quran. 

Sebagai ibu bapa, kita semua mahu anak-anak berjaya dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Sebagai ibu bapa kita mahu anak-anak yang baik peribadinya, ibadatnya, akhlaknya dan bijak bergaul dengan orang lain selain Berjaya didunia dan dia akhirat. Semua harapan dan impian ini tersimpan dalam penghayatan dan pengamalam al-Quran yang dibiasakan dalam rumahtangga. Bukalah al-Quran tentunya akan ada panduan untuk setiap persoalan dalam kehidupan kita. 

Al-Quran juga menjadi sumber pengubat keresahan jiwa dan menjawab keresahan hati seseorang. Dalam keadaan dirundung kebingungan dan kesusahan hati atas sesuatu permasalahan, bukalah al-Quran dan telitilah makna dan terjemahan Al-Quran, tentunya Allah SWT akan memberi hidayah kepada mereka yang ikhlas mencari kebenaran, seolah-olah Allah SWT  bercakap secara langsung kepada kita. 

Oleh itu, khususkanlah masa untuk membaca Al-Quran bersama keluarga. Jangan biarkan anak-anak dan keluarga kita jauh daripada kitab suci ini kerana ia sumber keberkatan sesebuah rumah. 

Selami dan cubalah memahami kisah-kisah yang ada di dalamnya, dan ayat-ayat yang ditujukan kepada manusia dalam menangani sesuatu permasalahan yang melanda diri, keluarga dan masyarakat sekeliling kita.

 Bukti kebenaran ajaran islam itu sendiri 


Melihat kepada kedudukan dan keistimewaan al-Quran itu dan peranannya di dalam kehidupan, maka ia sudah semestinya ia wajib dijadikan sebagai panduan, rujukan, ikutan dan amalan di dalam semua lapangan kehidupan. Nabi Muhammad SAW menerangkan bahawa hidup akan teguh (istiqamah) jika berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. 

Sabda Nabi SAW yang maksudnya: “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu yang jika kamu sesat selepasku selama-lamanya (iaitu) Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnahku.” (Hadis riwayat al-Hakim) 

Al Quran seperti disebutkan adalah lengkap dari segi aqidah, ibadat dan akhlak, undang-undang, ekonomi dan politik. Perlu diketahui bahawa al-Quran adalah sumber maklumat bagi menjelaskan segala-galanya, lebih-lebih lagi di dalam perkara-perkara yang berhubungkait urusan manusia di dalam kehidupan mereka di dunia dan juga di akhirat, dari peringkat yang sekecil-kecilnya hinggalah ke peringkat yang sebesar-besarnya. 

Fakta yang terdapat dalam Al Quran seperti kehebatan kejadian alam ini seperti fakta sains, penerangan tentang kejadian manusia dan perubatan, kisah sejarah masa lampau dan maklumat tentang masa depan sewajibnya menjadi kepercayaan dan kekuatan seorang muslim yang beriman. Perkara ini menjadi bukti kepada kebenaran bahawasanya Islam adalah agama yang benar dan menegakkan kebenaran yang mana semua fakta ini telah diturunkan sejak 1400 tahun yang lalu dan semuanya dapat diketahui pada masa kini.


Pembeza antara yang benar dan salah. 

 

Orang yang mengamalkan al-Quran, akan terbeza akhlaknya dari yang tidak beriman. Sikap atau peribadi seseorang muslim yang mengamalkan islam akan dapat dilihat dengan perbuatan yang positif berbanding mereka yang meninggalkannya. Suami akan menjalankan tanggungjawabnya dan begitu juga isteri akan mentaati suaminya. Ibu bapa juga akan menunaikan amanah mengasuh dan mendidik akhlak anak. Begitulah jika Al-Quran itu dipatuhi ajarannnya. Ibu-bapalah yang harus menjadi contoh kepada anak-anak, begitu juga guru-guru menjadi panduan kepada anak murid atau pelajar mereka dengan mengamalkan alkhlaq Al-Quran yang beretika seperti yang dipandu Al-Quran. 

Kesimpulannya Al-Quran mempunyai banyak rahsia yang perlu dirungkai dan hikmah yang tinggi, ia diturunkan kepada munusia untuk menjadikan arah tuju hidup manusia itu Berjaya dunia dan akhirat. Insha Allah hanya dengan mengamalkan quran kita akan nampak kebenaran islam itu dan akan terbeza kehidupan kita dari yang tidak.



  Kenapa Al - Quran menjadi sumber utama ?





Sumber hukum  Islam yang paling penting ialah Al-Quran. Kerana Al-Quran adalah sumber segala ajaran dan syariat Islam. Ini bukan bergema tanpa sebab, kerana Al-Quran sendiri turut mengesahkannya.

Para ulama bukan sahaja menjadikan al-Quran sebagai sumber syariat Islam. Tetapi juga sebagai formula yang mempunyai elemen asas yang penting. Yakni Al-Qur’an yang berupa kata-kata yang mengandung makna yang mendalam dan bermakna. Lafaz bertulis bukan sekadar lafaz biasa, tetapi lafaz istimewa kerana Allah menurunkannya melalui Jibril kepada Nabi Muhammad. Kemudian Nabi Muhammad SAW membacanya.

Adapun unsur-unsur dalam al-Quran, dari segi penyampaiannya menggunakan bahasa Arab. Adapun unsur-unsur asas lain yang bersifat khusus, di mana Al-Quran hanya diturunkan oleh Jibril secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW, bukan kepada nabi-nabi lain. Nabi-nabi terdahulu juga mendapat wahyu, cuma ia tidak ditulis dalam Al-Quran, tetapi dalam kitab semasa kejayaan mereka. Elemen terakhir ialah, al-Quran dipetik secara mutawir

Sebagai keterangan tambahan, bahawa al-Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui beberapa syarat dan beberapa cara. Ada yang diturunkan oleh malaikat dengan menanamkan wahyu ke dalam hati Rasulullah SAW, ada juga malaikat yang muncul seperti manusia sambil membaca wahyu dan risalah Allah SWT. Bukan itu sahaja, ada juga pendedahan yang diturunkan seperti loceng dan pelbagai lagi tentunya.


 



KITAB SUCI AL - QURAN

adalah sumber rujukan terbaik untuk segala penyelesaian masalah, isu dan krisis. Bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk sekalian manusia.

Sebagai manusia biasa yang serba kekurangan, sudah tentu tidak semua yang kita lakukan sentiasa berada dalam keadaan sempurna. Hakikat ini kita perlu akui tanpa mengira siapa dan di mana kita berada.

Berdasarkan faktor itu, al-Quran menyediakan pelbagai formula penyelesaian dan juga prinsip tertentu untuk dijadikan asas rujukan mengikut jenis isu dan masalah yang timbul sama ada berkaitan dengan ibadah, sosial, ekonomi, politik dan perhubungan.

Begitu halnya jika berlaku perselisihan pendapat, permusuhan, pergaduhan hatta peperangan sekali pun antara sesama umat, al-Quran ada menyediakan formula bagi menghadapinya dan ada prinsip tertentu yang perlu dipegang.

Dalam lipatan sejarah Islam segala perkara disebutkan boleh dikatakan berlaku sepanjang zaman sehingga wujud pelbagai puak, malah ada yang membawa kepada pembunuhan sesama sendiri.

Ia wujud sejak zaman Khulafa al-Rasyidin, Umaiyah, Abassiah dan zaman alaf baru. Kebanyakannya boleh dikatakan berkaitan merebut kuasa pemerintahan dan menterjemahkan hukum agama .

Dari segi politik ada pihak yang sanggup melanggar peraturan ditetapkan syariat dan hukum agama seperti ada pihak yang sanggup membuat fitnah dan adu domba, bahkan ada yang sanggup membunuh dan berperang sesama sendiri.

Ada juga sesetengahnya sanggup mengkafirkan pihak lain semata-mata kerana mengejar takhta kekuasaan.

Inilah antara penyakit yang melanda umat Islam di seluruh dunia dan ia seolah-olah tiada ubat atau jalan penyelesaian.

Pergolakan sesama sendiri

Ini terbukti dengan misalnya beberapa negara di rantau Asia Barat, sejak sekian lama terus berada dalam kancah pergolakan, perselisihan faham, pergaduhan dan seterusnya berperang sesama sendiri, sedangkan jalan penyelesaian sudah lama disebut dalam al-Quran. 

Dalam Surah al-Hujuraat, ayat 6, misalnya, banyak ayat yang boleh dijadikan panduan dalam konteks mewujudkan perhubungan harmoni antara satu sama lain, sama ada antara sesama Islam atau sesama manusia secara amnya.

Antaranya adalah firman Allah SWT yang bermaksud: "Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu mengenainya - sehingga menyebabkan kamu menyesali apa yang telah kamu lakukan."

Firman Allah SWT lagi dalam surah sama, ayat 10, yang bermaksud: "Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat."

Dalam surah itu juga Allah SWT turut berfirman yang bermaksud: "Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan daripada sangkaan kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah berdosa dan janganlah kamu mencari kesalahan dan keaiban orang lain dan janganlah kamu setengahnya mengumpat akan setengah yang lain. Adakah seseorang dari kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya, (oleh itu patuhilah larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah penerima taubat lagi amat mengasihani.

"Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu lelaki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih takwanya di antara kamu (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah amat mengetahui lagi amat mendalam pengetahuan-Nya (akan keadaan dan amalan kamu)". (Surah al Hujuraat, ayat 12 hingga 13)

 

SUMBER RUJUKAN 

  1. https://radio.ikim.my/peranan-al-quran-dalam-hidup-berkeluarga/
  2. https://tzkrh.com/20179423/
  3. https://www-inews-id.cdn.ampproject.org/v/s/www.inews.id/amp/lifestyle/muslim/isi-kandungan-al-quran?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=16768862174895&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.inews.id%2Flifestyle%2Fmuslim%2Fisi-kandungan-al-quran


 Intipati tentang keluarga Dalam membina sesebuah institusi kekeluargaan yang baik dan menuju sempurna kita seharusnya mempunyai dua model. ...